BJTM "jago kandang yang kehilangan dominasi".


Era tahun keemasan bagi emiten  perbankan yang dimulai paska krisis 2008, sepertinya tidak terlalu dirasa oleh bank bank milik daerah.

Era keemasan kebanyakan hanya dirasakan oleh bank bank Nasional, baik swasta maupun BUMN. kita dapat melihat jelas pertumbuhan laba yang dicatatkan 4 bank besar di indonesia, BRI, Mandiri, BCA dan BNI, terlihat jelas pertumbuhan diatas 20% per tahun, tetapi berbanding terbalik dengan pertumbuhan bank bank daerah.

Menurut pribadi penulis sih, dominasi bank Daerah di daerahnya masing masing mulai di ganggu bank bank Nasional, yang mana memang jauh lebih kuat.


Memang sangat mengagumkan, dimana pertumbuhan laba bersih oleh 4 bank terbesar nasional, dibarengi dengan pertumbuhan aset perbankan nasional yang sudah lebih dari 4000 trilyun. . .  haha...

tapi tunggu dulu,, era keemasan perbankan sepertinya sudah mulai rentan dengan kondisi ekonomi. pertumbuhan laba yang tinggi tersebut lebih diakibatkan oleh pertumbuhan kredit, tetapi tidak dibarengi denga pertumbuhan DPK yang berimbang.

setiap tahun terus saja pertumbuhan Kredit selalu mengungguli pertumbuhan DPK, (yang belum ngerti DPK klik disini)., ya simpenya sih perbankan di indonesia tumbuh lantaran orang indonesianya "lebih banyak berhutang daripada menabung."

Hutang memang tidak menjadi masalah jika digunakan dengan efektif, salah satunya berhutang untuk modal usaha, berhutang untuk memperbesar kapasitas usaha, atau hal hal produktif lainnya, sehingga menjadi "Kredit yang Produktif". 

melihat posisi indonesia sekarang yang sedang masuk dalam fase Bonus Demografi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia memang sangat cerah, karena dilihat dari prospek pasar, pasar Indonesia terhadap produk tentu sangat potensial, dengan populasi 250 juta dan sedang mengalami peningkatan Middle Class, Indonesia seakan menjadi Kue Raksasa yang siap untuk disantap oleh para pengusaha domestik maupun mancanegara, sehingga prospek permintaan kredit pun diprediksi akan terus meningkat.

Tapi ingat, Hutang itu bagaikan pedang bermata dua, dimana sisi pedang yang dapat mempermudah kita untuk terus maju, dan sisi lainnya mengarah ke kita, jadi bisa kapan saja sisi tersebut bisa melukai kita.

Setelah melanglang buana ke kondisi makro ekonomi, Kita kembali ke BJTM, kalo dibandingkan dengan laba bersih keempat bank terbesar nasional tadi, BJTM  memang sedikit berbeda.



Dari data diatas memang Aset Ekuitas dan Pendapatan memang terus meningkat, tetapi kenapa tidak dibarengi dengan pertumbuhan laba bersih?

Inilah salah satu akibat dari "Kredit Macet". Mungkin inilah yang menjadi pembeda jelas antara bank nasional dan Bank daerah, dimana pengelolaan Bank daerah sering menjadi sapi perah dan bulan bulanan kebijakan Pemerintah Daerah selaku pemilik Mayoritas.

Penyaluran Kredit yang dinilai kurang tepat sasaran memicu kredit macet bank Jatim, Per triwulan ke 3, Kredit Macet Bank Jatim Menjegal Pertumbuhan Labanya, dimana kredit macet Bank Jatim berada diatas 3,4 %.

Penulis pernah mengambil posisi beli di bank jatim pada tahun 2013 sewaktu BJTM di harga 388, dan barusan penulis melepasnya, karena penulis mulai ragu untuk masa depan BJTM. Isu konsolidasi perbankan nasional dan perbankan Daerah memang menjadi warning tersendiri bagi penulis, apakah Bank Bank daerah dianggap akan gagal bersaing dengan bank Nasional? bahkan dengan adanya MEA, tentu ancaman dari bank Multinasional pun akan mengganggu dominasi Bank Bank daerah.

Berbicara kepada valuasi, posisi BJTM sekarang yang ada di harga 460 an, PE tercermin pada 7,6, dan prospek pertumbuhan 10 % EPS menjadi sekitar 66 - 70, PE BJTM tentu di harga kisaran 7, dan menurut penulis, harga tersebut masih cukup jauh untuk memenuhi standar penulis, karena sudah terlalu tinggi untuk bank yang Stagnan,.. bukan bertumbuh.

Kecuali jika BJTM kembali di posisi 400 an, tentu penulis akan meliriknya kembali, karena BJTM sudah termasuk emiten yang rajin membagi Dividen.


Tabung di Saham, 
"untuk masa depan yang lebih baik"

*Analisis Pribadi penulis, 
*Data dan Gambar www.idx.co.id

0 Comments