Sabtu, 21 Februari 2015

Bank Infrastruktur, "apakah menjadi kenyataan?"



“Sehebat hebatnya tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga”, pribahasa sekedar ngingetin aja sih , akhir akhir ini IHSG terus melompat lompat sambil menembus rekor rekor tertingginya, pada penutupan kemarin, IHSG berada di  5400 an baru  naik  3% an aja sih sejak awal tahun, penyebab fundamentalnya sih dari baiknya kinerja 4 Big caps perbankan yang mencetak kinerja sangat memuaskan, BBRI 14 %, BMRI 9,2 %, BBCA 11,5 % dan BBNI 19,5 % . 

Menurut saya sih Mungkin hanya itu faktor fundamental yang mendorong kenaikan kinerja harga IHSG, selebihnya merupakan tiupan gelembung dari berbagai pihak, salah satunya Pemerintah, akhirnya jadi juga rencana pemerintah yang melakukan penambahan modal terhadap BUMN karya.
Yang sangat disayangkan adalah suntikan modal kepada BUMN konstruksi yang sudah Gelembungnya sangat besar. Sebenarnya tidak salah Pemerintah melakukan suntikan modal terhadap BUMN yang di proyeksikan akan menjadi tulang punggung pembangunan infrastruktur, tetapi kesalahannya adalah strategi yang membabi buta, tanpa memilih alternatif yang terbaik terlebih dahulu.

Kemaren sempat ada wacana untuk membangun bank Infrastruktur, seharusnya itu aja yang di jalankan, tidak perlu memberikan suntikan moda dengan gelembung. Total dana PMN yang disuntikkan kepada BUMN Karya adalah PT Waskita Karya Tbk Rp3,5 triliun dan PT Adhi Karya Tbk Rp1,4 triliun Triliyun serta BUMN Hutama Karya 3,6 triliun, Coba kita main hitung hitungan saja, Bank BNI saja ( bank posisi 4 terbesar) Modal intinya 42 T, tentu dengan dana suntikan BUMN karya tersebut saja sudah mencukupi modal inti sekitar 20%, dengan digabungkannya SNI dan PIP ,tentu bank Infrastruktur yang akan terbentuk akan semakin kuat. Serta sokongan dana jangka panjang dari  Taspen, BPJS, Dirjen Penyelenggaraan haji Kementerian Agama dan LPDB, dengan target dana yang bias di himpun kisaran 400 T, tentu Bank Infrastruktur ini akan menjadi kekuatan Perbankan Baru tanah air yang patut untuk diperhitungkan. Dengan naungan Holding BUMN, kebijakan itu sebenarnya tidak sulit untuk direalisasikan, karena BUMN memang seharusnya saling mendukung, tetapi apakah akan terealisasi?. Haha. . .  gak tau juga sih.

Wacana yang muncul mengenai merger BMRI dan BBNI memang pilihan yang tepat, karena menurut saya, BBNI merupakan bank yang tidak memiliki keunggulan kompetitif yang jelas, tidak seperti koleganya, BMRI (kredit Korporasi), dan BBRI (kredit UMKM), bahkan BBCA (kredit Konsumsi) serta BBTN (kredit Perumahan). Dengan mergernya BBNI dan BMRI, akan memperkuat permodalan BMRI sendiri, dan unit unit yang dimiliki BBNI yang dirasa kurang efektif atau berdekatan dengan unit BMRI bisa  saja dijual ke bank Infrastruktur yang akan dibangun pemerintah, dan Bendera BBNI akan melebur  menjadi BMRI secara utuh.

ngarul ngidul saya, , ,  Haha. . .  (Kalo saya jadi menteri BUMN).


Kembali ke Kinerja IHSG yang terus terbang, sepertinya akan tetap terus terbang, karena suntikan modal BUMN melalui Right Issue akan dilaksanakan dalam waktu dekat, dan menurut saya yang akan menghentikan terbangnya IHSG adalah hanya Kenaikan suku bunga FED, Sambil menunggu suku bunga FED, ya bawa tidur tiduran aja dulu. . .

Tabung di Saham, 
"untuk masa depan yang lebih baik"

*Analisis Pribadi penulis, 
*Data dan Gambar www.idx.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar